Pages

Subscribe Twitter Facebook

Rabu, 29 Agustus 2012

sinopsis a thousand days promises episode 3

Seo Yeon sedang sarapan sendiri, ia makan sambil terbayang-bayang saat momen Ji Hyung memberitahukan bahwa tanggal pernikahannya sudah di tetapkan. Seo Yeon juga kembali mengingat semua kata-kata dokter tentang vonis penyakitnya. Tiba-tiba bibi Seo Yeon menelponnya dan mengatakan pamannya akan membawakan Seo Yeon kimchi (makanan dari kol yang diberi rempah-rempah) baru.
Saat sarapan, ibu Jae Min bertanya pada Jae Min apakah Jae Min sudah mencarikan lelaki yang baik untuk Seo Yeon. Adik Jae Min lah yang menjawab dengan ketus, ia mengatakan bagaimana ada seorang pria baik yang belum memiliki pasangan. Lagipula pria baik itu tidak akan mau dengan Seo Yeon yang tidak memiliki orang tua, miskin dan memiliki seorang adik yang harus di urusnya. Ibu mereka semakin marah mendengar Myung Hee berani berkata kejam seperti itu pada sepupunya sendiri, ibunya juga membanggakan Seo Yeon bahwa ia memiliki kecantikan sebagai daya tarik lelaki. Myung Hee makin kesal dan berkata walaupun ibunya akan memukulnya ia tetap berkata Seo Yeon itu tidak akan mendapatkan seorang pria yang baik karena ia tidak cantik.
Ayah Ji Hyung bertanya pada Ji Hyung mengenai bulan madunya. JI Hyung terlihat melamun, ibunya lah yang menjawab pertanyaan suaminya bahwa Ji Hyung dan Hyang Gi akan pergi ke hokaido selama 5 hari. Ayahnya kaget dan berkata mengapa harus cepat-cepat lagupula keluarga Hyang Gi tidak akan menyetujui mereka hanya pergi ke hokaido bukan luar negeri. Ibunya pun membela Ji Hyung lagi dengan mengatakan bahwa itu keputusan bersama Hyang Gi.
Ternyata Ji Hyung sedang mengenang masa-masa bahagia saat ia dan Seo Yeon pergi memancing. Mereka tertawa bahagia dan bercanda, hal itu membuatnya sangat terluka.
Hyang Gi menelpon Ji Hyung di depan kedua orang tuanya. Hyang Gi bertanya pada Ji Hyung apakah ia bisa menemaninya untuk pergi mentraktir teman-temannya kalau memang tidak bisa itu tidak apa-apa karena ia akan menunggu sampai Ji Hyung bisa. Setelah selesai menelpon ibu Hyang Gi berteriak-teriak dan mengatakan anaknya bodoh. Ia bertanya pada Hyang Gi apakah ia seorang wanita dengan dua anak yang akan menikah dan tidak memiliki hatga diri. Mengapa Hyang Gi selalu memohon ada Ji Hyung seperti ia wanita murahan. Hyang Gi hanya tersenyum mendengar ibunya mengomel terus.
Seo Yeon kembali mengunjungi rumah sakit untuk mendapatkan hasil pemeriksaan kemarin. Dokter menanyakan dimanakah wali dari Seo Yeon. Seo Yeon menjawab bahwa ia tidak memiliki keluarga. Dokter menjelaskan dengan rinci namun Seo Yeon langsung bertanya penyakit apakah yang ia miliki sebenarnya. Dengan sangat berat dokter memberitahukan bahwa Seo Yeon menderita penyakit “Alzheimer” yaitu penyakit yang menyebabkan kegagalan metabolisme neurotransmiter dengan neuron. Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan amiloid yang akhirnya membangun banyak protein kemudian menyebar melalui otak dan berkembang. Secara umum otak menyusut dan ruang meningkat aka nada sistem degeneratif. Sejauh ini belum ada obatnya namun bisa di hambat dan kemungkinan ingatan Seo Yeon akan hilang.
Jae Min mengajak Seo Yeon bertemu, ia ingin mengabulkan permintaan Ji Hyung tapi tanpa sepegetahuan Seo Yeon sendiri. Jae Min menanyakan berapa total anggaran kehidupan Seo Yeon dan Moon Kwok. Seo Yeon kaget dan aneh mengapa tiba-tiba Jae Min menanyakan hal sangat pribadi seperti itu. Jae Min pun menambahkan bahwa maksud ia bertemu Seo Yeon hari ini adalah untuk menawarkan kerjasama, Jae Min akan memberikan modal pada Seo Yeon untuk menulis tulisannya sendiri karena selama ini ia hanya menulis milik orang lain. Seo Yeon tertawa mendengarnya bagaimana mungkin ia bisa menerima penawaran ini karena otaknya sudah membeku dan semua imajinasinya menghilang. Jae Min pun menjawab bahwa Seo Yeon hanya perlu rehat selama setahun maka semuanya akan baik-baik saja.
Saat kembali ke kantor tiba-tiba terbersit di benak Seo Yeon saat bersama dengan Ji Hyung. Saat dimana mereka sangat bahagia dan tertawa tanpa tahu bahwa mereka memang harus benar-benar berpisah seperti saat ini. Dan ternyata hal yang sama pun dirasakan oleh Ji Hyung, ia terus saja mengingat kenangan indah saat bersama Seo Yeon saat mereka saling menyatakan cinta dan rasa sayang mereka.
Depresi kembali melanda batin Seo Yeon, ia bertanya dalam hatinya mengapa tuhan memberikan semua beban dan cobaan seperti ini. Mengapa ia harus menerima penyakit seperti ini apa kesalahan yang telah ia perbuat. Apa semua ini karena ia telah merebut pria milik orang lain, tapi Seo Yeon menyangkalnya bahwa ia bukanlah seorang perebut. Ialah yang seharusnya memiliki Ji Hyung, karena Ji Hyung telah bersamanya saat ia berusia 16 tahun. Dirinya hanya menolak Ji Hyung karena baginya kehidupannya tidak pantas untuk Ji Hyung. Seo Yeon semakin masuk kedalam perasaan kalut, di tengah kegelapan dengan badan yang menggigil penuh keringat ia pun berteriak sekuat tenaga dan marah pada tuhan mengapa ia tidak mati tersambar petir saja mengapa ia harus menerima dan kalah begitu saja.
Seo Yeon kembali seperti sedia kala namun kini ia berfikir untuk tidak terpuruk dengan penyakitnya dengan cara menulis memo untuk hal-hal yang akan ia lakukan secara berurutan. Saat Seo Yeon sedang memasak sup taoge, Moon Kwok menghampirinya dan ia bertanya apakah kakaknya lupa memasukan daun bawang dan juga bawang putih. Seo Yeon langsung bergegas mengambilnya namun lagi-lagi ia lupa tempat penyimpanan bawang putihnya. Saat hendak memotong daun bawang Seo Yeon seperti mencari-cari suatu barang, Moon Kwok bertanya Seo Yeon malah menjentikkan dua jarinya berbentuk gunting.
Moon Kwok tertawa mengapa kalinya ini kakaknya melupakan gunting setelah yang lalu ia melupakan stabilo, Moon Kwok tertawa lagi dan mengatakan mengapa kakaknya seperti orang tua yang pelupa. Seo Yeon menatap wajah Moon Kwok dengan marah ia berkata apakah semua orang bisa mengingat dengan cepat saat pikirannya sangat penat, lalu Seo Yeon pun masuk ke kamarnya. Moon Kwok merasa sangat bersalah namun dalam hatinya bertanya mengapa kakaknya sangat sensitif dengan kata “penuaan”. Dalam kamar Seon Yeon menangis dan berteriak sejadi-jadinya dengan terus mengingat nama stabilo dan gunting.
Disaat ia seperti ini, ia pun mengingat kejadian pahit saat ibu kandung mereka pergi meninggalkannya dan Moon Kwok. Dimana saat itu Moon Kwok menangis ingin makan sesuap nasi dan Seo Yeon hanya bisa memberinya mie rebus hasil curian. Betapa malang nasib mereka dan sampai pada akhirnya bibinya lah yang membawa mereka tinggal dirumah Jae Min hingga akhirnya mereka bisa mandiri menyewa rumah yang mereka tempati saat ini walaupun perlu kerja keras dari Seo Yeon dan Moon Kwok.
Ji Hyung merasa resah ia terus memikirkan Seo Yeon maka ia pun memutuskan untuk menelpon ponsel Seo Yeon, namun nomornya sudah tidak aktif lagi. Sedangkan Seo Yeon sedang bercermin dan berkata sendiri, ia mengingat setiap nama dari benda yang ada di dalam kamar mandinya. Ia pun mengingat siapa dirinya sendiri. Ia berkata bahwa ia adalah Seo Yeon usia 30 tahun seorang penulis, pada tahun 2005 dan 2006 memenangkan penghargaan sebagai penulis. Bekerja sebagai manager tim di Doh Suh Publishing House. Dan kata-kata terkahir yang ia ucapkan dengan penuh amarah adalah persetan dengan Alzheimer.


-Bersambung-  

sinopsis absolute boyfriend episode 13 part 2 final


Saat Nai Te ingin melepas cincinnya ternyata Xiao Fei ada di belakang Nai Te,ia pun membatalkan niat melepas cincin itu. Xiao Fei berkata bahwa ia juga sama dengan Nai Te tidak bisa tidur dan meminta Nai Te untuk menemaninya malam ini.
Zhong Shi sedang berbicara dengan Lee Wu Wu mengenai perihal Xiao Fei yang sudah tahu bahwa Nai Te tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi. Lee Wu Wu menceritakan kembali apa yang Xiao Fei sampaikan pada dirinya ke Zhong Shi. Xiao Fei sudah mengira bahwa hal ini memang benar akan terjadi. Saat selesai acara ulang tahunnya Xiao Fei mendengar semua percakapan Zhong Shi dengan Nai Te mengenai metode yang baru bisa dilakukan pada 50 tahun yang akan datang.
Saat di bis menuju tempat pendaftaran penikahan pun Xiao Fei merasakan Nai Te memang benar-benar sudah lemas ditambah lagi saat fitting baju pengantin Xiao Fei tahu bahwa Nai Te tidak bisa melihatnya namun tetap memuji penampilannya, sejak itulah ia berjanji tidak akan menangis di depan Nai Te dan akan mengantar kepergian Nai Te dengan kebahagiaan. Lee Wu Wu juga menyampaikan bahwa Xiao Fei tidak ingin melihat Zhong Shi terus-terusan begadang demi dirinya dan juga Nai Te, karena baginya Zhong Shi telah memberikan kado ulang tahun terindah untuknya dengan berniat mempersatukannya dengan Nai Te.
Hari pernikahan pun tiba, Xiao Fei terlihat benar-benar cantik dengan gaun putih itu. Tanpa saksi, tanpa teman di samping mereka dan juga tanpa pastur yang menikahkan mereka namun bagi Xiao Fei pernikahan ini harus tetap berjalan sesuai dengan impiannya. Xiao Fei sendiri lah yang akan menjadi Pastur bagi pernikahannya dengan Nai Te.
Janji nikah untuk Xiao Fei : Untuk Nn. Guan Xiao Fei apakah anda bersedia menerima Nai Te sebagai suami, saling menghormati, mencintai dan melindungi selamanya dan hidup bersama selamanya … ya aku bersedia (jawab Xiao Fei) …
Janji nikah untuk Nai Te : Untuk Tn. Nai Te apakah anda bersedia menerima Guan Xiao Fei sebagai istri, saling menghormati, mencintai dan melindungi dan hidup bersama selamanya meskipun dia sudah tua dan tidak cantik lagi dan bersedia bersamanya selamanya …
Namun Nai Te tidak menjawabnya, ia meminta maaf pada Xiao Fei sebenarnya ia ingin berkata bahwa ia bersedia tapi ia tidak boleh mengatakannya. Dengan sangat sedih Xiao Fei bertanya apakah Nai Te sudah mau meninggalkannya. Nai Te pun menatap Xiao Fei yang mulai mengeluarkan airmata, Xiao Fei bertanya lagi apakah ini saat terakhir mereka. Nai Te pun menggengam tangan Xiao Fei dan bertanya apakah Xiao Fei ingat alasan apa ia membeli cincin yang mereka pakai itu karena mereka ingin selalu bahagia, maka dari itu Nai Te meminta Xiao Fei berjanji bila ia melihat kepergian Nai Te maka Xiao Fei harus makan dengan baik, bekerja dan juga melewati hari-hari dengan bahagia walaupun tanpanya di sisi Xiao Fei lalu memiliki kekasih baru, menikah dengan bahagia dan memiliki anak.
Nai Te berkata setelah kepergiannya, Xiao Fei akan sedih dan Nai Te berharap Xiao Fei ingat karena di dunia ini masih banyak kebahagian. Nai Te pun memastikan sekali lagi bahwa Xiao Fei harus berjanji. Dan untuk terkahir kalinya Nai Te berkata “selamat tinggal pacarku” ia pun jatuh di bahu Xiao Fei. Xiao Fei pun tak kuasa membendung air matanya saat ini dan ia menjawab kata-kata Nai Te “selamat tinggal kekasihku selamanya”.
Keesokan harinya Xiao Fei masih di gereja namun kini Nai Te sudah tidak bergerak di dalam box seperti saat pertama kali ia bertemu Xiao Fei. Lee Wu Wu dan Zhong Shi datang untuk menghibur Xiao Fei dan disana juga sudah ada Liang Bai Qi.
Zhong Shi menghampiri Xiao Fei dan bertanya apakah Xiao Fei baik-baik saja. Xiao Fei menjawab meskipun ia merasa tidak baik namun ini sudah satu jam, ia sudah berjanji pada Nai Te untuk tidak menangis lebih dari satu jam. Liang Bai Qi berkata bahwa ia akan membawa Nai Te kembali ke perusahaan dan akan menyimpannya baik-baik. Namun Liang Bai Qi berkata ada yang aneh dengan Nai Te karena ia masih bisa bertahan sebentar. Lee Wu Wu senang mendengarnya dan bertanya apakah masih ada sekit harapan. Namun Zhong Shi berkata semua itu tidak mungkin, itu hanya daya listriknya saja. Lalu Xiao Fei segera bangun dari duduknya dan bertanya pada Liang Bai Qi apakah saat ini Nai Te masih bisa mendengarkannya. Liang Bai Qi menjawab bahwa hanya Nai Te lah yang tahu.
Xiao Fei pun mendekati Nai Te, ia berkata bahwa Xiao Fei masih ingin mengatakan sesuatu pada Nai Te. Di hatinya Nai Te lah pacar yang paling sempurna dan Xiao Fei mengatakan “Aku Mencintaimu”, tiba-tiba airmata Nai Te pun bergulir di pipinya, Nai Te masih bisa mendengar dan merasakan kesedihan Xiao Fei. Zhong Shi ikut terharu melihat Nai Te dan bertanya dalam hatinya apa yang sedang Nai Te pikirkan saat ini.
Ternyata di 10 detik terakhir Nai Te mengingat semua memori dan kenangan saat ia bersama Xiao Fei dan itu membuat Nai Te menangis karena sedih harus meninggalkan Xiao Fei untuk selamanya.


-Tamat-  
 
Powered by Blogger