Pages

Subscribe Twitter Facebook

Jumat, 30 November 2012

sinopsis endless love episode 13

Yu Mei sedang di periksa oleh dokter, setelah melakukan pemeriksaan dengan seksama. Dokter mengatakan bahwa tangan Yu Mei semakin hari semakin baik saja, dengan begitu Yu Mei bisa bekerja dan tanggannya akan segera pulih seperti sedia kala. Yu Mei terlihat bahagia dan mengucapkan banyak terima kasih pada dokter. Saat keluar ruangan, Yu Mei mengeluarkan ponselnya hendak mengabari berita bahagia ini pada Jun Xi, namun ia mengurungkan niatnya untuk memberikan kejutan.
Ternyata En Xi pergi menemui Jun Xi, Jun Xi senang melihat kedatangan En Xi di rumahnya, dan kebetulan Yu Mei belum pulang dari rumah sakit. Tiba-tiba kancing jaket yang dikenakan Jun Xi lepas, En Xi segera memungut kancing itu dan segera menjahitkannya. Saat menjahit, En Xi berkata bahwa ia tahu 2 bulan lagi Jun Xi akan ke Amerika bersama Yu Mei, En Xi meminta bisakah selama 2 bulan ini mereka sering-sering bertemu ?? Jun Xi hanya memandang En Xi tanpa jawaban apapun. En Xi berkata lagi, ia tahu bahwa ini tidak boleh, tapi ia takut tidak bisa melihat Jun Xi lagi karena ia tahu Jun Xi tidak akan pulang kesini lagi. Jun Xi akhirnya menjawab bahwa ia pasti pulang kesini. En Xi memandang Jun Xi dalam-dalam dan berkata bahwa Jun Xi tidak usah pulang karena disini ia akan baik-baik seorang diri.
En Xi pamit pulang pada Jun Xi, namun Jun Xi meminta En Xi untuk menunggu sebentar. Ternyata Jun Xi membawakan jaket dan memakaikannya kepada En Xi, karena ia tahu cuaca diluar sangatlah dingin. Setelah Jun Xi memakaikan jaket miliknya, En Xi mengulang lagi bisakah mereka bertemu lagi sebelum Jun Xi ke Amerika ?? dan apakah saat nanti di Amerika Jun Xi akan memikirkannya. Air mata Jun Xi mulai berlinang, ia berkata bahwa ia pasti akan selalu mengingat En Xi di pikirannya. Jun Xi benar-benar tak kuasa membohongi perasaannya, ia terus memalingkan wajahnya dari En Xi.
Yu Mei akhirnya sampai kerumah Jun Xi, ia melihat Jun Xi sedang melamun dan segera menghapus air mata nya saat melihat dirinya. Jun Xi segera membuatkan Yu Mei teh untuk menghilangkan rasa dingin. Yu Mei memeriksa gantungan jaket Jun Xi dan bertanya kemanakah jaket yang biasa Jun Xi pakai ?? apakah sedang di cuci ?? lama dalam diam akhirnya Jun Xi menjawab bahwa jaket itu ia berikan pada En Xi, karena hari ini En Xi datang menemuinya.
Yu Mei tertegun mendengarnya, Yu Mei terisak dan berkata mengapa Jun Xi harus berkata jujur, mengapa Jun Xi tidak berbohong saja demi menyenangkan dirinya, karena saat ia di jalan tadi ia melihat En Xi sedang berdiri tidak jauh dari sini dan memakai jaket milik Jun Xi, jika ia menjadi Jun Xi pasti ia akan berbohong. Lalu Yu Mei mmemberitahukan bahwa tadi ia ke rumah sakit dan dokter mengatakan tangannya tidak akan kembali normal selamanya (ih pengen jitak deh sama Yu Mei kenapa pake bohong segala) dan ia juga tidak bisa lagi melukis. Jun Xi langsung memeluk erat Yu Mei, Jun Xi menangis dan terus mengucap maaf pada Yu Mei. Yu Mei menjawab bahwa semua ini tidak apa asalkan Jun xi menjadi satu tangannya itu tak apa.
Saat kamar Han Tai sedang dibersihkan oleh petugas hotel, petugas menemukan botol obat yang tergeletak di lantai lalu memberikannya pada Han Tai. Han Tai tidak tahu obat apa itu akhirnya ia memutuskan untuk ke apotik menanyakan obat itu. Petugas apotik mengatakan bahwa itu adalah obat keras bagi penderita kanker darah, Han Tai terkejut dan ia langsung mendatangi rumah sakit dimana En Xi pernah dibawa. Sedangkan En Xi sedang mencari-cari obat di dalam tas tapi ia tidak menemukannya, tiba-tiba ponselnya berdering dan En Xi pun segera membaca SMS-nya.
Ternyata Han Tai lah yang mengirimkan SMS, dan mereka bertemu di pantai biasa. En Xi bingung mengapa Han Tai mengajaknya bertemu, apakah karena Han Tai ingin meminta maaf karena telah memecatnya. Han Tai pun menjawab bahwa ia kesini ingin meminta kesempatan yang kedua untuk bersama En Xi. En Xi kaget mendengar ucapan Han Tai, lalu En Xi berkata jika memang Han Tai ingin bersamanya lagi ia ingin mendengar 3 alasan Han Tai menyukainya. Han Tai lama terdiam lalu ia berkata bahwa ia tidak memiliki alasan apapun untuk di ucapkan.
En Xi membalikkan badan, ia tersenyum dan berkata bahwa kali ini ia tidak bisa memberikan Han Tai kesempatan lagi karena Han Tai tidak dapat menjelaskan alasan mengapa menyukainya. Han Tai langsung berkata bahwa ia ingin meminta satu kesempatan lagi agar bisa menyembuhkan En Xi dari penyakitnya ini. En Xi kaget ia berbalik badan memandang penuh tanya pada Han Tai. Han Tai berkata ia akan menyembuhkan penyakit kanker ini, ia tidak akan membiarkan En Xi mati, ia juga tidak akan meminta En Xi untuk menikah dengannya, tidak akan meminta En Xi untuk menyukainya dan ia akan meninggalkan En Xi setelah En Xi benar-benar sembuh dari penyakit ini.
En Xi terenyuh dan bertanya, bagaimana Han Tai bisa mengetahui penyakit yang kini ia hadapi. Han Tai pun mengeluarkan sebotol obat dari kantongnya dan memberikan ke genggaman En Xi. Han Tai meminta En Xi bersamanya dan berjanji tidak akan meninggal begitu saja karena penyakit ini. Han Tai juga berjanji akan segera meninggalkan En Xi setelah ia benar-benar sembuh. En Xi berkata setelah semua ini bagaimana mungkin ia bisa begitu, Han Tai langsung memeluk En Xi erat-erat tak terasa air matanya menetes begitu saja.
En Xi sedang membantu ibunya menjemur gurita, En Xi bertanya mengenai penyakit ayahnya dulu. En Xi bertanya apakah dulu ayahnya sangat sakit ?? ibu pun menjawab bahwa dulu ayahnya seperti hidup segan mati pun tak mau. En Xi berkata apakah ayahnya merasakan kesakitan setelah ia tahu bahwa ia mengidap penyakit kanker darah ?? ibu berkata bahwa ia sudah lupa, dan dulu juga ia tak tahan melihat ayahnya sakit seperti itu. Saat ibu menoleh ke arah En Xi, ibu baru sadar bahwa wajah En Xi sangat pucat dan mengeluarkan banyak keringat, ibu bertanya mana yang sakit ?? En Xi segera mengusap keringatnya dan berlari ke kamarnya. Sesampainya di kamar, En Xi segera mengambil obat di meja dengan tergesa-gesa sampai obatnya pun berceceran di lantai. Tiba-tiba ia merasakan sakit yang luar biasa, En Xi pun pingsan di lantai.


-Bersambung-

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger