En Xi sedang berjalan sambil membawa bonsai yang sudah layu, lalu supervisor hotel datang menghampirinya. Supervisor bingung mengapa En Xi suka bonsai karena supervisor sendiri tidak menyukai bonsai karena bila bonsai itu mati ia akan sedih. Mendengar kata-kata supervisor tentang bonsai ia ingat bahwa A Tai juga pernah bilang padanya bahwa ia tidak menyukai bonsai. Supervisor melihat En Xi melamun, ia pun bertanya apakah ada orang yang sama dengannya tidak, mungkinkah orang itu sama sepertiku pernah disakiti dan merasa sangat kesepian, apakah dia A Tai. En Xi pun mengiyakan perkataan supervisor. Supervisor tak menyangka A Tai ternyata begitu rapuh ia pun berpesan pada En Xi tidak boleh menyakiti A Tai. Lalu En Xi mencurahkan isi hatinya pada supervisor, ia berkata bahwa ia adalah orang yang tegar karena bilapun ia melihat orang mati ia takkan sedih, karena selama hidup pun kami saling mencintai jadi ia merasa seharusnya ia mencintai bunga ini. Jika bisa En Xi sekali lagi mengatakan ingin menjadi sebatnag pohon di kehidupan mendatang, ia hanya ingin mencintai seseorang, jika orang itu tak mencintainya maka ia takkan menuntut apa-apa. Ia hanya ingin bersama orang itu setiap hari itu sudah cukup. En Xi pun mulai meneteskan air mata kesedihannya.
Supervisor berkata pada En Xi bahwa En Xi bukan sedang membicarakan A Tai, tapi orang yang En Xi cintai adalah orang lain, karena ia yakin bila itu A Tai maka En Xi takkan sampai menangis. En Xi pun mengalihkan pembicaraan ia mengajak supervisor bermain ke galeri kakaknya karena mereka akan berkumpul semua disana.
Saat di galeri mereka berkumpul semua paman, supervisor, Jun Xi, Yu Mei, A Tai dan juga En Xi. Mereka sedang membantu menjemur kain-kain lukis Jun Xi. Jun Xi dan Yu Mei menjemur berdua dan itu membuat En Xi kecewa melihatnya. Sama hal nya seperti yang dirasakan oleh Jun Xi, hatinya terasa sakit melihat kecerian En Xi bersama A Tai.
Sedangkan supervisor dan paman sedang minum teh berdua, ia melihat En Xi dan Jun Xi sedang menjemur kain berdua dengan senang. Supervisor mengatakan ia kini tahu siapa orang yang En Xi maksud. Ia pun menceritakan semua yang En Xi ungkapkan kemarin pada paman.
Malam pun tiba, mereka sedang menyiapkan makan malam bersama. Paman menghampiri Jun Xi, ia langsung menasehati bahwa cinta itu harus dihadapi dengan tenang, bila ia cinta maka katakanlah cinta. Sedangkan Jun Xi terkaget-kaget dan tidak mengerti mengapa paman berkata seperti itu padanya.
Hal yang sama juga dilakukan supervisor pada En Xi. Ia langsung to the point bertanya apakah orang yang di cintai En Xi adalah kakaknya sendiri. Ekspresi En Xi pun sama hal nya seperti Jun Xi, ia hanya diam tak menjawab.
A Tai dimintai tolong oleh Yu Mei untuk mengambil sesuatu di dapur. Saat di dapur ia melihat ada dompet tertinggal di atas meja, ia pun membuka nya untuk tahu siapa pemiliknya. Saat dibuka A Tai sangat kaget karena itu adalah dompet milik Jun Xi dan di dalamnya ada foto yang sama dengan foto yang ada didalam dompet En Xi. A Tai sangat tak terima melihatnya, ia pun minum sampai mabuk.
Dalam maboknya A Tai mengumumkan bahwa ia dan En Xi akan menikah. En Xi kaget ia hanya memanggil nama A Tai. A Tai pun ingat sebelum mereka menikah harus menanam sebuah pohon. Yu Mei bertanya pohon apa yang akan ditanam. Karena supervisor ingin membantu semuanya jelas, ia lalu mengatakan pada semua, bahwa itu adalah keinginan dari En Xi karena ia ingin menjadi sebatang pohon di kehidupan mendatang. Yu Mei dan A Tai pun kini benar-benar yakin dengan semuanya. Lalu A Tai bertanya pada Jun Xi dan En Xi apakah merasa sedang merahasiakan sesuatu dan orang lain tidak boleh mengetahuinya. En Xi pun menjawab bahwa ia senang karena ia punya rahasia dan apakah itu dilarang.
A Tai pun sudah tak kuasa menahan amarah dan perasaannya. Ia berkata pada En Xi bahwa ia tahu rahasia apa yang En Xi tutupi. A Tai berkata dengan sangat emosi bahwa orang yang di cintai En Xi adalah kakaknya sendiri Jun Xi. Jun Xi pun berteriak memanggil A Tai untuk menghentikannya, tapi tangan En Xi sudah segera mendarat di pipi A Tai.
Karena merasa bersalah Jun Xi pun menghampiri A Tai dan meminta maaf. A Tai berkata bahwa Jun Xi tak perlu meminta maaf, A Tai berkata ia tak akan segan-segan membunuh En Xi untuk mendapatkan cintanya, lalu bagaimana dengan Jun Xi sendiri ?? A Tai pun meninggalkan Jun Xi sendiri. Saat Jun Xi mengantar Yu Mei pulang, Yu Mei sangat marah pada Jun Xi karena dulu Jun Xi berkata itu semua sudah berlalu, tapi ia merasa tak apa-apa.
En Xi datang ke kamar A Tai karena A Tai memanggilnya. A Tai langsung menarik tangan En Xi, En Xi pun mengaku salah dan menangis ia berkata dulu En Xi mengira dapat bersatu dengan A Tai tapi ternyata ia begitu sedih melihat Jun Xi dengan Yu Mei maka ia pun memperalat A Tai. A Tai pun dengan sedih berkata bahwa En Xi tak boleh menyakitinya, ia tak peduli En Xi mencintai Jun Xi dan telah menghancurkan hatinya asal En Xi tetap ada disisinya.
A Tai memutuskan pergi kerumah ibu En Xi. Disana ia disambut dengan ketidaksukaan kakak En Xi padanya saat dulu ia membawa kabur En Xi dan mengakibatkan kakaknya kehilangan pekerjaannya, kakak En Xi hampir ingin menonjok muka A Tai tapi ditangkis olehnya. Didalam , A Tai langsung mengatakan pada ibu En Xi bahwa ia dan En Xi sedang berkencan dan ia berniat ingin menikahinya. Ibu En Xi kaget mendengarnya, ia pun bertanya apakah En Xi setuju dengan pernikahan ini. Kakak En Xi tadinya marah berubah 100 derajat karena ia senang mempunyai calon adik ipar kaya raya, ia pun marah pada ibunya, ia mengatakan untuk apa bertanya pada En Xi lagi. Setelah kepergian A Tai, ibu En Xi terlihat sednag memikirkan sesuatu sambil terus memandangi kartu nama A Tai.
Setelah itu A Tai bertemu dengan Xin Ai ia berkata bahwa ia baru saja kerumah En Xi. Ia sangat sedih melihat keadaannya. Xin Ai kaget mendengarnya dan berkata bahwa ia dulu pernah tinggal dengan keluarga itu. A Tai pun dengan penuh keyakinan bilang ia akan tetap menikah dan meminta Xin Ai berkata pada ayah dan ibu nya bahwa ia akan berkunjung kesana. Xin Ai menjawab mengapa A Tai begitu tega padanya.
Ibu En Xi berkunjung kerumah Nyonya Yin, Xin Ai pulang dan kaget melihat ibu En Xi sudah ada dirumahnya dan ia merasa terlambat. Ibu En Xi memberitahukan bahwa ada seseorang yang melamar En Xi. Nyonya Yin pun berkata bahwa ia sudah tahu, karena A Tai adalah sahabat Jun Xi. Ibu En Xi berkata ia memohon pada Nyonya Yin untuk menerima En Xi kembali. Ia khawatir bila keluarga dari pria melihat keluarga En Xi yang memalukan, kakaknya yang gelandangan. Ibu En Xi berfikir agar En Xi dimasukkan dalam kartu keluarga Nyonya Yin saja.
Sambil menangis ia berkata bahwa ia menyesal dulu egois tidak membiarkan En Xi ikut keluarga Yin dan sekolah makan hidup En Xi tak akan memalukan seperti saat ini. Ibu En Xi pun memohon dan bersujud pada Nyonya Yin.
Setelah ibu En Xi pulang. Xin Ai pun datang kerumah untuk menemuinya. Mereka bicara berdua, Xin Ai marah-marah mengapa ibu En Xi menyerahkan En Xi kembali kerumahnya. Ibu En Xi pun memohon pada Xin Ai untuk menganggap En Xi saudara kandungnya. Dengan menangis Xin Ai berkata ia tak akan mampu karena ia adalah anak kandung yang sebenarnya, tapi ia juga tak mengerti orang yang Xin Ai cintai pun direbut oleh En Xi (ternyata Xin Ai diam-diam mencintai A Tai) mengapa harus ia terus yang mengalah.
Setelah itu Xin Ai memutuskan ke galeri kakaknya Jun Xi. Saat itu Jun Xi tak ada, Xin Ai pun memutuskan menunggu, ia duduk di meja kerja Jun Xi. I a membuka laci dan melihat ada surat disana, ia membacanya dan ia sangat kaget karena ternyata itu adalah surat dari En Xi.
Dirumah Tuan dan Nyonya mengajak semua untuk berkumpul karena mereka akan mengumumkan sesuatu. Mereka mengatakan akan mengadopsi En Xi sebagai anak kandung mereka. Xin Ai pun marah dan ia berkata ia tak terima dan tak akan pernah menyetujuinya. Lalu karena emosi ia pun memberikan surat yang ia temukan di galeri kakaknya pada ayahnya. Ayah dan ibunya kaget dan menanyakan pada Jun Xi apakah semua ini benar. Jun Xi hanya diam lalu En Xi melindungi Jun Xi, ia berkata ini semua salahnya karena ia yang mencintai Jun Xi, tiba-tiba Jun Xi berkata bahwa semua ini adalah benar. Lalu Jun Xi keluar dan En Xi mengikutinya, En Xi bingung mengapa Jun Xi jujur pada semua.
Lalu Jun Xi mengulurkan tangannya dan ia mengajak En Xi untuk pergi. En Xi pun menyambut tangan Jun Xi dan mereka meninggalkan rumah. Mereka pun berlari di kegelapan malam dan naik bis, sedangkan A Tai mengejar di belakang mereka. Semua keluarga menunggu dengan khawatir, mereka tidak menyangka Jun Xi dan En Xi bisa melarikan diri.
-Bersambung-