Pages

Subscribe Twitter Facebook

Selasa, 17 Juli 2012

sinopsis endless love episode 10

Setelah kepergian En Xi, A Tai sangat terpukul ia mencari ke galeri Jun Xi tapi tidak juga menemukan En Xi. Saat di kamarnya A Tai merenung, ia teringat saat pertama kali Jun Xi dan En Xi bertemu, lalu dengan segera A Tai mencari En Xi di pantai. Ia mencari En Xi tapi tetap tidak menemukannya.
Di kegelapan malam dan ombak pantai yang besar, A Tai melihat Yu Mei sedang menangis. Bukan hanya dirinya yang terpukul tapi Yu Mei pun tidak dapat menerima semua ini.
Jun Xi mematikan telepon genggamnya, begitu pun En Xi ia mematikan pager miliknya. Lalu mereka naik bis dan akhirnya sampai ke rumah paman En Xi, tempat saat pertama kali En Xi pindah bersama ibu kandungnya karena terlibat hutang. Disana mereka menyewa sebuah rumah mungil untuk ditempati sementara. Karena rumah yang masih sangat kosong mereka memutuskan membeli perabotan dan beberapa pakaian di pasar.
Saat mereka sedang berjalan berdua. En Xi menanyakan kapan mereka akan pulang kerumah karena beberapa hari lagi En Xi akan ulang tahun, En Xi juga berkata apakah orang tua, A Tai dan Yu Mei akan memaafkan mereka. Jun Xi memandang lekat En Xi, ia berkata walaupun mereka semua tidak memberi maaf, itu semua tak masalah. Jun Xi rela meninggalkan semua karena yang terpenting ia bisa bersama En Xi. En Xi berkata saat disini ia memiliki pacar pertama dan ia mengukir namanya pada sebuah pohon lalu menunjukkan pada Jun Xi pohon kesayangannya itu.
Asisten A Tai menemui supervisor hotel, ia mengatakan akan memecat En Xi secepatnya karena ia telah melarikan diri dengan seorang laki-laki. Supervisor kaget mendengarnya karena setahunya En Xi sedang cuti beberapa hari. Karena tidak menyangka ini terjadi supervisor pun mendatangi galeri Jun Xi dan ia betemu dengan kakak kelas Jun Xi dan pemilik galeri yang Jun Xi tempati. Mereka duduk berdua membahas masalah Jun Xi dan En Xi. Kakak kelas Jun Xi sangat tidak percaya akhirnya mereka melarikan diri dan memberitahukan pada supervisor bahwa orang tua Jun Xi sangat terpukul atas kejadian ini. Supervisor hanya menjawab bahwa mereka saling mencintai dan ia sudah memperkirakan semua ini.
Pagi-pagi Jun Xi berjalan mengitari alam sekitar, ia ingat pohon kesayangan En Xi. Setelah sampai ia tersenyum melihat namanya terukir di pohon itu, dan ia tahu pacar pertama yang dimaksud En Xi adalah dirinya.
Mereka berdua jalan di bukit. Jun Xi bertanya sejak kapan En Xi jatuh cinta padanya. En Xi berkata ia tidak ingat. Lalu Jun Xi pun memberikan bunga yang ia petik sendiri pada En Xi sebagai kado ulang tahunnya, lalu tanpa di duga Jun Xi melamar En Xi ia bertanya apakah En Xi mau menikah dengannya karena ia tahu ialah pacar pertama En Xi. En Xi kaget sesaat, lalu ia mencium bunga pemberian Jun Xi dan tersenyum.
Dirumah Tuan dan Nyonya Yin serta Xin Ai sedang sarapan bersama. Lalu Nyonya Yin berkata hari ini adalah hari ulang tahun En Xi. Xin Ai terdiam ia keget karena ibunya hanya menyebut hari ini adalah hari ulang tahun En Xi bukan dirinya. Nyonya Yin menangis dan bertanya pada suaminya apakah suaminya sudah menemukan Jun Xi dan En Xi. Tuan Yin berkata bahwa ia takkan memaafkan anaknya itu dan jangan sampai masalah ini diketahui orang lain karena ini adalah aib bagi keluarga mereka. Nyonya Yin semakin marah ia tak peduli anggapan orang lain dan akan tetap menunggu anaknya. Xin Ai semakin marah karena ibunya benar-benar tidak peduli bahwa ia juga sedang berulang tahun dan ingin diperhatikan, ia pun meninggalkan meja makan.
En Xi menelpon ibu nya untuk memeberi kabar bahwa ia baik-baik saja. Ibu En Xi terdengar sangat marah dan mengatakan En Xi sangat keterlaluan karena sudah membuat semua orang sedih dan meminta En Xi segera pulang karena Jun Xi sudah memiliki tunangan dan En Xi pun sudah mempunyai pacar. En Xi meminta maaf pada ibunya bahwa ia tidak bisa pulang, ia sangat bahagia berada di peternakan pamannya ini. Setelah selesai menelpon keluar darah segar dari hidung En Xi, Jun Xi melihat dari jauh panik dan berlari menghampiri En Xi, mereka pun istirahat di bawah pohon rindang. En Xi dalam candanya berkata bahwa ia senang kalau setiap hari bisa sakit karena dengan begitu Jun Xi akan selalu khawatir padanya.
A Tai sedang melihat cincin yang dulu akan diberikan pada En Xi. Tiba-tiba kakak En Xi datang menemuinya, ia ternyata mendengar pembicaraan En Xi dengan ibunya, dan memberikan informasi itu pada A Tai tentu saja dengan imbalan uang. A Tai segera memacu kendaraannya dan sudah berada di depan rumah yang En Xi dan Jun Xi tempati. Sedangkan En Xi dan Jun Xi sedang diluar rumah mereka sedang merayakan ulah tahun En Xi dengan meniup lilin di atas kue tart. Jun Xi mengatakan bahwa besok mereka akan pulang dan mengatakan pada ayah dan ibu bahwa mereka akan menikah. En Xi hanya diam. Jun Xi pun meyakinkan bahwa masalah akan dia hadapi, En Xi hanya perlu tetap berada disampingnya dan jangan dengarkan kata orang lain. Lalu Jun Xi pun menyematkan cincin di jari manis En Xi. En Xi pun menangis bahagia disamping Jun Xi.
A Tai memutuskan masuk ke dalam rumah, dan ia tidak menemukan En Xi dan Jun Xi. Lalu ia mengeluarkan cincin yang ia bawa dari rumah. Tiba-tiba ada yang masuk dan ternyata itu En Xi dan Jun Xi, mereka semua terlihat kaget. A Tai semakin sedih karena melihat jari manis En Xi sudah melingkar sebuah cincin dan ia tahu itu dari Jun Xi, ia pun mengenggam cincin miliknya dengan penuh amarah.
A Tai dan Jun Xi bicara di luar rumah. Jun Xi langsung bicara bahwa ia dan En Xi akan segera menikah. A Tai kaget mendengarnya, ia mengatakan bagaimana bisa Jun Xi kejam pada Yu Mei, pada orang tua nya dan juga pada dirinya. Jun Xi hanya mengatakan maaf dan beribu maaf tapi mereka akan tetap menikah. A Tai pun meninggalkan Ju Xi, ia memutuskan untuk kembali kerumah.
Yu Mei dan ibunya datang menemui Tuan dan Nyonya Yin, ibu Yu Mei tidak terima perlakuan Jun Xi pada putrinya dan ia mengatakan akan membatalkan pernikahan ini. Yu Mei menangis dan berkata pada ibunya mana mungkin seorang ibu tega melihat anaknya mati karena ia tidak bisa hidup tanpa Jun Xi. Ibu Yu Mei semakin marah ia tidak mengerti mengapa anaknya bisa seperti itu. Tuan dan Nyonya Yin hanya terus meminta maaf dan menyuruh mereka menunggu kepulangan Jun Xi dan En Xi.
Dan orang yang ditunggu pun datang, En Xi dan Jun Xi pulang di jemput oleh A Tai. Jun Xi melihat ada Yu Mei dan ibunya, tanpa pikir panjang ia langsung mengenggam tangan En Xi dan mengatakan pada semuanya bahwa ia dan En Xi akan segera menikah. Semua terdiam mendengar pengakuan Jun Xi begitu pun Yu Mei air matanya tak berhenti menetes.
Jun Xi di antar pulang ke galeri oleh A Tai. Tiba-tiba A Tai melayangkan tinjunya pada Jun Xi dan ia mengatakan itu pukulan setimpal atas perbuatan kejam Jun Xi kepada Yu Mei dan orang tuanya. Dengan terbata-bata Jun Xi mengatakan walaupun ia telah menyakiti banyak orang tapi ia dan En Xi takkan berisah dan ia pun takkan menyerah begitu saja.
En Xi muncul ke kamar A Tai untuk membersihkan kamarnya. A Tai kaget melihat En Xi dan bertanya mengapa En Xi muncul hanya untuk membersihkan kamarnya saja. Apakah En Xi benar-benar tidak peduli pada perasaannya. En Xi hanya tertunduk dan mengatakan maaf. A Tai semakin marah dan bertanya sekali lagi apakah En Xi benar-benar tidak pernah sekalipun mencintainya. Karena A Tai berkata dengan nada tinggi, akhirnya emosi En Xi pun terpancing. En Xi menjawab dengan lantang bahwa benar ia sama sekali tidak pernah mencintai A Tai. A Tai pun membanting gelas yang ia pegang dan meninggalkan En Xi sendiri.
En Xi tetap bekerja seperti biasa dirumah A Tai. A Tai masuk kerumahnya bersama wanita lain. Lalu En Xi menghampirinya dan meminta maaf sekali lagi. Tapi A Tai bersikap dingin dan mengatakan sekarang mereka hidup masing-masing, ia takkan memaafkan En Xi dan akan balas dendam padanya. Lalu A Tai berkata bahwa ia tidak mau melihat En Xi lagi di hadapannya. En Xi pun langsung berpamitan pulang. Setelah kepergian En Xi, A Tai terlihat sangat tertekan dengan apa yang telah ia katakan pada En Xi.
Sedangkan Jun Xi sedang berada di rumah sakit, Yu Mei setelah kejadian itu jatuh sakit. Yu Mei kaget melihat Jun Xi ada di sampingnya, ia bertanya mengapa Jun Xi masih mencemaskannya. Jun Xi lagi-lagi berkata maaf dan maaf. Dengan tangisan Yu Mei berkata ia ingin sekali pergi ke pantai tempat ia dulu dilukis oleh Jun Xi, karena saat disana Yu Mei merasa dapat melihat Jun Xi. Lalu Jun Xi bertanya apa yang dapat ia lakukan untuk Yu Mei sebagai penebus rasa bersalahnya. Yu Mei pun bilang bahwa tidak ada yang perlu Jun Xi lakukan untuknya, lebih baik Jun Xi pulang dan kembali pada En Xi, karena Yu Mei sudah merasa sangat lelah dengan semuanya dan tidak mau melihat Jun Xi lagi.
Saat Jun Xi pulang ke galerinya, En Xi sudah menunggu. Jun Xi minta maaf karena ia telah menjenguk Yu Mei dan mengatakan pada En Xi. En Xi berkata ia sudah tahu, lalu En Xi bertanya apakah Jun Xi ingat akan janjinya akan pergi ke peternakan kemarin. Jun Xi hanya diam tanpa reaksi apa-apa. En Xi sadar bahwa Jun Xi sedang dilema atas perasaan bersalahnya pada Yu Mei. En Xi berkata bahwa ia sangat kecewa, ia lalu berpamitan pulang.
Dengan segera Jun Xi bangkit dari duduknya dan meraih tangan En Xi. Ia mengatakan besok mereka akan berangkat, karena Jun Xi tak mau melakukan kesalahan lagi pada En Xi.
Jun Xi sedang diperjalanan untuk menjemput En Xi, mereka akan pergi ke peternakan. Namun tiba-tiba ponsel Jun Xi bordering, ibu Yu Mei mengatakan bahwa Yu Mei tidak ada di rumah sakit. Jun Xi pun segera pergi mencari Yu Mei dia tahu Yu Mei pasti akan ke pantai. Jun Xi tidak memikirkan En Xi yang telah lama menunggunya.
Ternyata benar dugaan Jun Xi. Yu Mei melihat dari kejauhan Jun Xi datang mencarinya, ia pun bergegas mendekati pantai dan terus berjalan. Jun Xi panik melihat Yu Mei dan berlari memeluknya.
Dalam ketidakberdayaan Yu Mei memohon pada Jun Xi agar tidak mencampakkan dan pergi dari hidupnya. Sedangkan En Xi tetap menunggu sampai malam hari. Jun Xi megantar Yu Mei kembali ke rumah sakit, tapi dalam hatinya ia selalu mengingat En Xi sedang menunggunya, Jun Xi pun meneteskan air matanya. Sesampainya di rumah sakit Jun Xi terus mencoba menelpon En Xi tapi En Xi tak juga mengangkat telpon darinya.

-Bersambung-  
 
Powered by Blogger