Pages

Subscribe Twitter Facebook

Jumat, 13 Juli 2012

sinopsis endless love episode 8

Setelah ibunya datang, mereka pun akhirnya makan bersama. Nyonya Yin menyuruh En Xi makan yang banyak, En Xi hanya tersenyum kemudiam A Tai yang menjawab bahwa ia yang akan menghabiskan semua makanan ini. Tuan Yin bingung melihat A Tai dan En Xi ternyata akrab, lalu tanpa di duga A Tai menyatakan rasa cintanya untuk En Xi kepada Tuan dan Nyonya Yin. Mereka pun menyambut bahagia, kecuali En Xi dan juga Jun Xi. Mereka duduk bersebelahan dan saling memandang dengan tatapan penuh kesedihan, di depannya Yu Mei melihat dengan jelas gerak tubuh Jun Xi dan En Xi. Lalu A Tai meminta mereka untuk foto bersama, saat foto di dalam hati En Xi mengatakan bahwa Jun Xi dan Yu Mei pasangan yang serasi dan ia berharap ia juga dapat bahagia seperti mereka, En Xi pun terngiang kata-kata Nyonya Yin bahwa ia dan Jun Xi tak akan bisa bersatu. Sedangkan dalam hati Jun Xi terus bertanya-tanya apakah En Xi benar-benar mencintai A Tai.
Setelah berfoto mereka menunggu hasil cetak foto. Setelah jadi Jun Xi datang menghampiri En Xi. Lalu mereka pun duduk berdua. Jun Xi pun berkata setelah kedatangan En Xi ia tak ingin berpisah lagi, karena ia tak bisa hidup tanpa En Xi. En Xi pun menjawab bahwa Jun Xi lah hal yang paling berarti dalam hidupnya. Jun Xi mengenggam tangan En Xi dengan erat, ia berkata bahwa ia akan selalu bersatu selamanya karena mereka “saudara” maka tidak aka nada yang merasa tersakiti. En Xi pun mulai menangis mendengar kata “saudara”, ia sebenarnya pun tak rela bila mereka tak bisa bersatu. Tapi keadaan dan Nyonya Yin lah yang membuat semua harus seperti ini.
Jun Xi bertanya apakah A Tai sangat mencintai adiknya. A Tai menjawab bahwa itu benar dan balik bertanya mengapa Jun Xi mencemaskannya. Jun Xi berkata bahwa A Tai belum tahu betapa lucu adiknya itu. Jun Xi pun membeberkan semua hal tentang En Xi bahwa En Xi setiap tidur harus selalu berdekatan dengan tembok, setiap ia mau makan ia akan berkata “aku mau makan”, ia juga mengatakan hal yang penting pada A Tai bahwa setiap kali jamsut En Xi hanya bisa mengeluarkan batu. Tak terasa Jun Xi mulai berlinang air matanya. A Tai aneh memandang sikap Jun Xi yang terlalu berlebihan menurutnya ia menganggap mungkin karena Jun Xi sedikit mabuk.
Jun Xi mengajak jalan-jalan Yu Mei. Ia meminta maaf karena telah membuat Yu Mei menderita belakang ini. Yu Mei pun senang mendengar pengkuan maaf Jun Xi, ia balik bertanya apakah ini tanda bahwa Jun Xi menerimanya kembali. Jun Xi pun menjawab selama Yu Mei masih menyukainya maka ia kan berusaha. Yu Mei sangat senang dan memeluk erat Jun Xi.
Yu Mei mengatakan pada En Xi bahwa galeri Jun Xi akan direnovasi maka Yu Mei menawarkan untuk tinggal saja bersamanya. En Xi menjawab tidak usah karena ia akan tinggal di mess karyawan saja. A Tai ingin membantu En Xi untuk mendaftarkannya di mess tapi En Xi bilang bahwa ia bisa melakukan sendiri. Saat En Xi di mess ternyata pendaftarannya di tolak, ternyata semua ini ulah Xin Ai. Ternyata Xin Ai bagian kepala mess di hotel A Tai. En Xi pun memutuskan pulang kerumah ibunya saja, setelah di dalam rumah ibunya sudah membungkus semua barang-barang En Xi. Ibu sudah mengetahui bahwa En Xi sudah bertemu dengan keluarga Yin. Lalu ibunya berteriak marah-marah dan mengusir En Xi. Sebenarnya dalam hati kecil ibu En Xi tak berniat mengusir tapi ini semua agar hidup En Xi jauh dari derita.
Karena En Xi tidak punya tempat tinggal lagi, ia memutuskan ke galeri Jun Xi. Ternyata disana ada Yu Mei yang akan pulang diantar oleh Jun Xi, setelah Yu Mei sudah jauh ia pun menghampiri Jun Xi, Jun Xi bingung mengapa malam-malam begini ia bukan di mess. En Xi bohong ia mengatakan ada barang yang tertinggal di galeri Jun Xi. Setelah barang yang ia cari tidak ada Jun Xi pun mengantar En Xi pulang ke mess di perjalanan tiba-tiba En Xi memeluk erat Jun Xi dari belakang. Dalam pelukannya ia bertanya apakah mereka akan tetap menjadi saudara. Jun Xi hanya mengangguk, En Xi tak melihat Jun Xi meneteskan air matanya.
Tanpa mereka sadari ada A Tai dan melihat semua kejadian itu dengan pandangan penuh pertanyaan dalam hatinya.
Di taman hotel En Xi menulis surat untuk Jun Xi. Ia berniat berterus terang tentang apa yang ia rasakan. En Xi mengatakan semenjak ia bertemu dengan Jun Xi ia adalah wanita paling bahagia, tak peduli apapun En Xi tak akan meninggalkan Jun Xi. En Xi tahu bahwa hubungan mereka hanya sebatas saudara, maka ia kan mengingatnya dalam hati. Saat menulis surat ini ia merasakan semua sudah berlalu. En Xi berkata namanya memang belu berubah tapi posisinya telah berubah. Dan akhir kata, En Xi mengatakan bahwa ia mencintai Jun Xi.
Jun Xi menerima surat dari En Xi, ia pun membaca surat itu penuh dengan rasa tanda tanya. Setelah ia baca surat pengakuan dari En Xi, Jun Xi tertawa senang.
En Xi sedang bersama A Tai. A Tai sedang melukis En Xi sedangkan En Xi sedang menghitung sesuatu. Lalu A Tai mendekati En Xi untuk memberinya sedikit uang karena ia tahu En Xi sangat membutuhkan. Tapi En Xi menolaknya. Saat itu A Tai berniat menciumnya, tapi saat mereka sudah sangat dekat En Xi menghindar dan berdiri dari duduknya. Lalu En Xi ingin melihat apa yang Jun Xi sedang lukis, tapi A Tai tidak mengizinkannya. En Xi pun kesal ia berkata bahwa A Tai sama seperti Jun Xi, En Xi pun tak boleh melihat apa yang Jun Xi sedang lukis. A Tai kaget dan ia pun menjawab mungkin Jun Xi sedang melukis seseorang dan tidak boleh ada yang mengetahuinya misalnya ia melukis orang yang diam-diam Jun Xi cintai. En Xi kikuk mendengarnya ia pun berpamitan ke kamar kecil.
Karena En Xi sedang di kamar mandi, A Tai ingin memasukkan uang itu di dompet En Xi, tapi setelah ia membuka dompet A Tai sangat kaget karena ada foto Jun Xi berdua dengan En Xi. A Tai sepertinya sudah menyadari sesuatu.
A Tai segera menghampiri En Xi dan berkata ia mau mereka menikah secepatnya. En Xi hanya bengong mendengarnya dan tidak menjawab apa-apa.
Jun Xi sedang melihat lukisan En Xi yang telah ia buat tiba-tiba telponnya berbunyi ternyata dari En Xi, ia mengajak Jun Xi bertemu. En Xi tadinya ingin mengatakan tentang permintaan A Tai padanya. Tapi Jun Xi mengajaknya piknik. Dengan senang hati En Xi menerimanya karena ia tahu mungkin ini yang terakhir sebelum Jun Xi menikah.
Jun Xi dan En Xi sama-sama berbohong pada pasangan mereka masing-masing. Akhirnya mereka sampai di sebuah villa. Mereka terlihat bahagia, mereka bersepeda, bermain jamsut, memasak bersama. Tapi tiba-tiba hujan besar, mereka pun makan di dalam.
Yu Mei datang ke galeri walaupun ia tahu Jun Xi tidak ada, ia berniat membereskan galeri Jun Xi. Tapi tiba-tiba A Tai juga datang ke galeri mencari Jun Xi. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan bersama-sama saja.
Saat sedang makan telpon villa berbunyi ternyata itu dari penjaga villa yang mengabarkan karena hujan deras maka mereka tidak bisa pulang sampai besok. Mereka pun memutuskan untuk menelpon pasangan mereka masing-masing.
Karena Jun Xi dan En Xi tidak mengetahui A Tai dan Yu Mei sedang bersama. Ternyata En Xi dan Jun Xi berbarengan sedang menelpon A Tai dan Yu Mei. A Tai dan Yu Mei saling memandang mereka bingung mengapa orang yang mereka tunggu berkata hal yang sama bahwa mereka tidak bisa pulang dan mereka juga menelpon pada waktu yang bersamaan.
Saat di kamar Jun Xi memutuskan tidur di lantai sedangkan En Xi di kasur. Mereka mengenang masa lalu. En Xi berkata walau bagaimanapun mereka akan tetap jadi saudara, Jun Xi menjawab itu benar karena selamanya akan tetap menjadi saudara. Jun Xi berkata dengan sedih bagaimana bila ia mati duluan, ia takut tidak ada yang menjaga En Xi lagi. En Xi marah dan mulai menangis, karena hanya ia yang boleh mati duluan karena En Xi tidak mau kehilangan Jun Xi lagi seumur hidupnya. Jun Xi pun menjawab ia akan menjaga, mendampingi En Xi selama-lamanya.
Sedangkan A Tai dan Yu Mei sedang duduk berdua. A Tai bertanya sejak kapan Yu Mei mulai menyadari bahwa ada cinta antara En Xi dan Jun Xi. Yu Mei menjawab bahwa sejak lama ia telah menyadarinya dan ia merasa sangat sedih ia pun bertanya pada A Tai apakah ia percaya pada takdir karena Yu Mei dan yakin En Xi dan Jun Xi sudah ditakdirkan bersama. A Tai menjawab dengan emosi bahwa ia percaya pada dirinya sendiri dan ia tidak peduli dengan takdir itu dan ia berkata pada Yu Mei untuk tegar dan tetap menikah dengan Jun Xi, karena En Xi hanya miliknya .
Keesokan paginya A Tai menunggu En Xi pulang, dan ternyata benar yang ia duga. En Xi diantar pulang oleh Jun Xi. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Tiba-tiba bunyi bel berbunyi, dan itu adalah En Xi.
En Xi berkata apakah ia datang terlalu pagi. A Tai hanya memandangnya tanpa berkata apa-apa lalu A Tai memeluk En Xi dengan erat. En Xi pun bingung dengan tingkah A Tai.


-Bersambung-  
 
Powered by Blogger